ki

ki
hoya

Selasa, 14 Februari 2012

KUNJUNGAN ILMIAH FSC 2011



Hem,,ini acara yang amat butuh perjuangan. Perjalanan panjang menuju Bogor. Aku bangga bisa melaksanakan program ini, sebagai ketua panitia aku memiliki tanggungjawab untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan baik. rasa suka duka tersendiri bagiku, tak mudah untuk menjadi pemimpin, mengatur segalanya namun semua itu terbayar dan tak akan terlupakan. Hem KI,,ini cerita singkatnya yang dilukis indah oleh mas Angga mentri Jurnalistik FSC sekaligus Ketua FLP Jogja. Jam, ya yang kita berikan tiap lembaga sebagai kenangan, bukan berarti hanya sebuah kenangan tanpa makna namun ada maknanya, jam berdetik,,menjadikan menit melangkah dan jampun merayap menuju masa depan, ku ingin begitu pula dengan kita semua, dengan FSC, kedepannya semakin baik menujulah punjak kejayaan dan lihat dunia luar banyak jaringan diluar sana yang sangat membutuhkan kita, semoga hubungan lembaga yang kita kunjungi baik dan semakin baik, dan yang belum terkunjungi seoga dapat menjalin kerja sama. Ayo FSC, kita bisa menjadi FSC yang tingkat internasional..liat kembaran kalian yang bisa membumi dikacah internasional,,
Notulensi KI FSC 2011
Forestry Study Club. Nama kelompok studi di fakultas kehutanan UGM ini mempunyai sebuah acara Kunjungan Ilmiah yang diselenggarakan pada tanggal 11-15 September 2011. Kunjungan Ilmiah ini dilaksanakan di kawasan Bogor dan sekitarnya. Pada tanggal 11 September 2011 sekitar pukul 16.55 WIB, rombongan mahasiswa kehutanan ini berangkat menuju Bogor. Perjalanan yang cukup memakan waktu itu ditempuh sekitar 20 jam dengan menggunakan moda transportasi Bus Pariwisata untuk sekitar 30 orang. Kegejeanpun dimulai, nyanyi-nyanyi di bus dan lainnya, bukan hal yang biasa bagiku melihat anak-anak FSC nyanyi dangdut, udin, fauzi, m.angga, dan yang lainnya berlaga seperti banci,hhahaha seru wes. Sekitar pukul 10.40 WIB hari berikutnya, 12 September 2011, para mahasiswa tiba di Balai Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kehutanan. Di tempat inilah para mahasiswa beristirahat di hari pertamanya. 





















Setelah beristirahat sekitar 1,5 jam, rombongan peserta KI melakukan kunjungan pertamanya ke Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI). Jika sesuai jadwal, seharusnya LEI menjadi tempat kedua yang dikunjungi setelah Kebun Raya Bogor. Namun, dikarenakan waktu tempuh perjalanan yang di luar dugaan, maka kunjungan ke Kebun Raya Bogor harus diurungkan guna menyiasati alokasi waktu yang tersisa.
Akhirnya, rombongan pun menuju ke LEI dengan diantar 2 mahasiswa IPB, LEI tempatnya tidak begitu jauh dari Balai Pusdiklat Kehutanan. Sekitar 30 menit rombongan peserta KI telah tiba di sekretariat LEI. Peserta disambut hangat oleh pihak LEI. Kita dipersilakan untuk masuk ke dalam ruangan berukuran sekitar 5x5 meter. Dalam ruangan yang beralaskan karpet ini, kita disambut dengan hangat dan tak lupa sajian khas kota Bogor juga disiapkan, kue unyil.
Sekitar pukul 13.22 acara dibuka oleh seorang MC dari perwakilan FSC dan dilanjutkan dengan prakata dari Ketua FSC berikut sambutan dari pihak LEI, Hayu Wibawa. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemaparan mengenai LEI oleh Hayu Wibawa. Dalam pemaparannya itu, Hayu Wibawa menyampaikan mengenai sejarah singkat berdirinya LEI hingga masa kini. Selain itu, tak lupa Hayu Wibawa menjelaskan mengenai visi, misi, dan prinsip gerak dari LEI itu sendiri. Sebagai bahan tambahan yang juga tak kalah lengkap dari pemaparan Hayu Wibawa, LEI membagikan beberapa selebaran mulai dari profil lengkap LEI hingga isu-isu penting yang kini menjadi perhatian LEI.
Setelah pemaparan yang disampaikan oleh Hayu Wibawa, MC memandu acaranya dengan dilanjutkan tanya jawab dari peserta KI. Antusias peserta sangat tampak dalam diskusi dan tanya jawab ini. Hal ini terbukti dari banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan kepada pihak LEI. Karena dibatasi dengan waktu yang tidak panjang, akhirnya hanya sembilan peserta yang dapat mengajukan pertanyaan. Diantaranya pertanyaan yang diajukan oleh peserta adalah mengenai seluk beluk dan biaya dari proses sertifikasi. Hayu Wibawa pun menjawab dengan penuh semangat dan sesekali juga diselingi bercandaan yang meriuhkan suasana ruangan. Pria kelahiran Ponorogo ini menekankan bahwa LEI merupakan lembaga akreditasi atas lembaga-lembaga yang melaksanakan kegiatan sertifikasi kayu. Hal ini disampaikan juga untuk mengoreksi kesalahan persepsi peserta KI yang mengira bahwa LEI adalah lembaga yang melakukan proses seritifikasi kayu.
Akhirnya, diskusi yang berlangsung memang benar-benar harus diakhiri lantaran waktu yang terbatas. Acara pun dilanjutkan dengan penyerahan kenangan dari FSC ke pihak LEI oleh ketua panitia, Wigatiningsih. Tak lupa para peserta KI ikut berpose bersama di depan sekretariat LEI guna diambil gambarnya.
Sekitar pukul 15.45 para peserta kembali ke Balai Pusdiklat Kehutanan. Sesampainya di Balai Pusdiklat Kehutanan, para peserta disambut oleh ketua Balai Pusdiklat yang juga menyampaikan maafnya karena sebelumnya tidak bisa menyambut kehadiran para peserta KI dikarenakan ada agenda bersamaan di jam yang sama saat para peserta tiba. Setelah selesai dengan kata sambutan dari pihak Balai Pusdiklat Kehutanan, para peserta segera kembali ke kamarnya masing-masing untuk kembali menyegarkan diri karena mengingat agenda malam harinya adalah menuju fakultas kehutanan IPB.
Meski tampak wajah yang capek pada beberapa peserta, semangat dari peserta lainnya juga masih tertangkap. Hal ini terlihat saat seorang peserta memetik buah sawo hijau di kawasan Balai Pusdiklat yang memang kebetulan sudah siap untuk dipetik. Setelah meminta ijin dari petugas Balai Pusdiklat, terlihat seorang peserta memanjat pohon sawo hijau dan tak berselang lama peserta lainnya turut menyemangati dari bawah dan juga menikmati buah hasil petikannya. Sangking semangatnya sampai ada yang kena ranjau kucing, dengan teriakan dan canda tawa yang tiada henti menyelimuti Pusdiklat hari itu, petugaspun turun bersenda gurau.
Setelah bersih diri, sholat, dan makan malam, sekitar pukul 19.00 peserta bersiap-siap melanjutkan perjalanan ke fakultas kehutanan IPB. Sesampainya di fakultas kehutanan IPB pukul 19.30, peserta disambut di auditorium. Kampus kehutanan yang berada di tengah arboretum IPB ini memiliki iklim mikro yang sangat berbeda dengan lokasi luar IPB. Suasana yang terbangun ini melengkapi sejuknya suasana petang yang bercampur dengan kehangatan sambutan rekan-rekan mahasiswa dari IPB.
Acara sarasehan bersama mahasiswa kehutanan IPB pun berjalan dengan pembawa acara dari rekan mahasiswa UGM, Siti Hanifah M. Dimulai dengan proses perkenalan singkat, dari masing-masing peserta yang diwarnai dengan canda khas kota asalnya masing-masing. Meski acara sempat berjalan “membosankan”, beberapa orang langsung berinsiatif untuk mencairkan suasana. Salah satunya adalah Wigatiningsih, Pengurus Harian FSC bagian Riset, yang memilih untuk berdiri di tengah peserta saraseha. Selain itu, ada Jabal Akbar Noor yang mengajak para peserta menyanyikan mars rimbawan. Seketika itu pula, suasana ruangan berubah menjadi lebih ramai.
Di saat suasana sarasehan mulai terarah dengan pertanyaan pantikan dari salah seorang mahasiswa IPB, Ali, tampak beberapa mahasiswa mulai kelelahan. Sampai akhirnya acara sarasehan benar-benar harus diakhiri sekitar pukul 21.45 WIB.
Selasa, 13 September 2011
Sekitar pukul 08.30 peserta KI sudah bersiap-siap untuk menuju ke lokasi selanjutnya, CIFOR dan LATIN. Lokasi dua tempat ini tidak terlalu jauh dari Balai Pusdiklat Kehutanan. Sekitar pukul 09.00 peserta sudah tiba di komplek perkantoran CIFOR. Tingkat keamanan di daerah ini dijaga sangat ketat. Hal itu tampak dari beberapa petugas jaga yang menjaga di gerbang utama kantor CIFOR.  Memang tidak diragukan lagi bahwa kawasan ini merupakan kantor pusat dari lembaga CIFOR internasional. Jadi wajar bila pengamanannya sangat ketat seperti itu.
Setelah melewati pemeriksaan keamanan, peserta KI diantarkan oleh satpam menuju ruangan pertemuan, Amazon room. Sekitar pukul 09.23 WIB, para peserta telah menempati tempat duduknya di Amazon room. Ruangan berukuran cukup besar dengan jendela kaca transparan yang mengelilingi seluruh dinding menegaskan suasana pagi yang segar di kawasan CIFOR ini. Ibu Nia dan Bapak Agus Djoko Ismanto segera menyambut peserta. Secangkir teh dan kopi telah disiapkan untuk menghangatkan suasana pagi itu. Tak lupa roti isi yang menemani secangkir minumannya.
Bapak Agus Djoko Ismanto, Host Country Liaison Coordinator, memberikan penjelasan singkat mengenai kelembagaan CIFOR di Indonesia berikut sejarah singkat berdirinya CIFOR hingga terbentuknya kantor CIFOR yang berpusat di Bogor ini. Sembari menunggu hadirnya pembicara yang sudah dijadwalkan oleh CIFOR, Bapak Agus Djoko Ismanto melanjutkan penjelasannya dengan ditemani Ibu Ina.
Sekitar pukul 09.45 WIB, pembicara yang ditunggu telah tiba di ruangan. Bapak Herry Purnomo, scientist di CIFOR yang berasal dari Indonesia yang juga seorang dosen di fakultas kehutanan IPB. Bapak Herry Purnomo memberikan gambaran umum mengenai REDD+, Suistainable Forest Management juga beberapa hal yang berkaitan dengan sertifikasi kayu. Hal ini memang sudah direncanakan oleh panitia KI sebagaimana tema yang diangkat pada Kunjungan Ilmiah kali ini.
Dalam kaitannya antara REDD+ dan SFM salah satunya adalah pada proses dan keberlanjutan sertifikasi kayu. Bagaimana terbentuk kaitan antara REDD+ dan SFM ini? REDD+ dibuat salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi angka emisi karbon melalui deforestasi. Adapun proses sertifikasi kayu ini akan memberikan informasi lengkap mengenai identitas kayu atau meubel; apakah berasal dari hutan yang berprinsip kelestarian ataukah berasal dari kayu ilegal dan sejenisnya. Dengan demikian, bila masyarakat luas sudah mendukung proses sertifikasi ini, maka pengelolaan hutan secara lestari akan lebih diminati dan secara otomatis cita-cita mulia REDD+ akan terwujud.
Setelah itu, Bapak Herry Purnomo melanjutkan penjelasannya mengenai keterkaitan antara REDD+ dan carbon trade. Hal ini juga masih ada kaitannya dengan proses sertifikasi kayu.  Carbon trade lebih mengarah pada proses jual beli karbon. Perbedaan yang tegas tampak antara benda yang sudah tesertifikasi dengan benda yang belum tesertifikasi. Tentunya, benda yang tesertifikasi akan lebih mahal harganya bila dibandingkan dengan benda lain yang belum tesertifikasi. Menurut Java Furniture, konsumen di negara kita hanya mau membayar biaya sertifikasi itu antara 0-25 persen saja. Selebihnya dari itu, konsumen tidak mau membeli furniture tersebut.
Di akhir pemaparannya, Bapak Herry Purnomo menjelaskan bahwa masing-masing kita mempunyai dua peran dalam rangka menyukseskan REDD+ ini yakni sebagai buyer side dan supplier side. Sebagai pembeli, kita harusnya menghargai dan memilih benda atau barang yang telah disertifikasi bila dibandingkan dengan yang belum disertifikasi. Adapun sebagai suppliernya, kita bisa turut mencerdaskan dan membangun kesadaran di lingkungan masyarakat akan penting proses sertifikasi maupun mendukung keberhasilan REDD+ ini.
Setelah ditutup pemaparannya, sesi selanjutnya adalah sesi tanya jawab. Seperti pertemuan di lembaga sebelumnya, tampak antusias peserta dalam mengajukan poin-poin diskusi maupun pertanyaan. Akhirnya keterbatasan waktu pula lah yang menyudahi pertemuan di Amazon room itu.
Usai diskusi dan mendengarkan pemaparan dari CIFOR di Amazon room, para peserta KI diajak Ibu Ina untuk mengunjungi perpustakaan CIFOR. Dalam kunjungan ke perpustakaan ini, para peserta KI ditunjukkan beberapa akses yang bisa diperoleh mahasiswa maupun umum. Selain itu, akses jurnal juga diberi kemudahan di sini meski ada beberapa hal yang hanya bisa diakses di perpustakaan. Petugas perpustakaan pun menjelaskan mekanisme saat membutuhkan jurnal sedangkan jurnal tersebut tidak bisa diakses bila kita membuka websitenya.
Usai melihat keindahan perpustakaan di CIFOR, peserta KI diarahkan untuk jungle walk guna mengetahui koleksi pohon yang ada di kawasan CIFOR. Menurut Ibu Ina, tanaman pohon yang ada di kawasan CIFOR merupakan tanaman pohon tropis dari berbagai penjuru dunia. Namun, karena dirasa waktu yang tersedia untuk melakukan jungle walk terlalu mepet, akhirnya para peserta hanya berjalan mengelilingi perkantoran kawasan CIFOR.
Sekitar pukul 11.00 WIB, perjalanan peserta KI dilanjutkan menuju ke sekretariat LSM LATIN yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi CIFOR berada. Oleh karena itu, para peserta berjalan kaki melewati hutan di kawasan CIFOR menuju ke sekretariat LATIN. Waktu tempuh yang hanya 15 menit, tidak membuat peserta KI merasa kecapekan.
Sesampainya di sekretariat LATIN, para peserta disambut dengan hangat. Kebetulan saat itu pula LATIN kedatangan tamu dari Jepang, Prof Harada, yang sedang melakukan pengamatan di daerah Taman Nasional Meru Betiri.
Di LATIN ini, acara langsung dipandu oleh pihak LATIN. Pemaparan singkat mengenai sejarah beridirnya LATIN mengawali diskusi siang itu. Suasana sekretariat LATIN yang bernuansa jawa serta rumah yang terbuat dari kayu menyejukkan siang yang terik kala itu. Selepasnya pemaparan singkat sejarah LATIN dan segala kegiatannya, lalu dilanjutkan dengan proyek LATIN yang sudah dimulai sejak tahun 2009 di kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Di taman nasional ini, LATIN membuat plot demonstrasi yang bertujuan untuk mengetahui pola tanam yang ada di masyarakat sekitar taman nasional. Selain itu, digunakan pula untuk memberdayakan masyarakat sekitar hutan.
Dari percobaan itu, LATIN menyimpulkan ada enam tipe kategori konservasi dalam proses demonstrasi plot; no tree only crops, a few trees and crops, rather dense and crops, dense and crops, tree and empon-empon, tree no empon-empon. Dari enam kategori konservasi itu, pihak taman nasional akan lebih senang dengan jenis tree no empon-empon. Namun, kategori yang dirasa bisa menguntungkan kedua belah pihak adalah jenis tree and empon-empon karena bisa menguntungkan kedua belah pihak, masyarakat dan pihak taman nasional, yakni pohon tetap tumbuh asri dan masyarakat dapat mengambil keuntungan dari penjualan empon-empon.
Ya, waktu dan waktulah yang mengakhiri semua gali ilmu yang kita lakukan di Bogor saat itu, setelah foto bersama kami pun melanjutkan perjalanan menuju CIFOR untuk naik bus lalu ke penginapan yang berada di TNGP, langit begitu cerah siang itu suasana sekitar hutan menjadikan kami penuh senyuman.
Di penginapan semuanya bersatu, canda tawa tak henti membumi di puncak, canda yang langka ini menimbulkan selak. Malam hari kami mengadakan curhatan malam, hem sungguh sangat menarik,,semua isi hati terungkap, ada yang tertawa, kritik, menangis yang pasti malam itu malam yang sangat dinanti.. ya inilah FSC, thanks semua yang ada mewarnai duniaku,,perjuangan untuk dapat KI ku persembahkan untuk kalian.
Pagi hari yang amat cerah kita mendaki, sampai air terjun,,semua peserta naik ke atas tak ada satu makluk FSC pu yang tertinggal. 3 air terjun yang ada seakan menjadi milik kami, hanya saja 1 yang tidak terkunjungi. Hampir semua mentri basah kuyup, kegejean pun meluap disana, foto narsis dan vidio pun menjadi saksi perjalanan yang tak terlupakan. Mentri-mentripun foto bersama diakhir perjalanan turun, sayangnya 2 mentri tak ada andai saja ada pasti sempurna sudah kebahagiaan laskar FSC.
Perjalanan pulang dengan berbelanja oleh-oleh dan kitapu mampir ke salah satu rumah staff, Fauzi namanya rumahnya ada di Ciamis, saat kesana bus tak dapat masuk lalu aa’fauzi menjemput, bertemu keluarga yang amat ramah dan baik hati. Makan sepuasnya kita disana, fauzi yang dirumah sering di panggil markoji merupakan anak terakhir,, karena larut malam dan hendak melanjutkan perjalanan maka kami berpamitan, lalu menuu bus diantar dengan mobil polisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar