Menabung Air Untuk Masa Depan ( Lomba Penulisan Kreatif #FestivalMedia2013)
Hai
sobat, bagaimana kabar? Lama ne tidak nulis di blog
Kali
ini wiga akan berbagi cerita tentang air di Kanigoro, salah satu desa di
pesisir Gunung Kidul tepatnya di Kecamatan Saptosari. Semua orang pasti tahu
kalau daerah Gunung kidul merupakan daerah yang sulit mendapatkan air ketika
musim kemarau…
Tanah
yang ada di daerah gunung kidul didominasi oleh batuan kapur. Solum tanahnya
juga sangat tipis sehingga sering disebut “batu bertanah” menarik bukan tempat
seperti ini?
Meskipun
demikian Gunung Kidul tetap hijau dan ketahanan pangannya no.1 tingkat DIY,
kenapa bisa?
Hal
tersebut karena masyarakat Gunung Kidul sangat menjaga air dan memanfaatkan
sebaik-baiknya.
Kanigoro
merupakan tempat kami mengabdi alias KKN, eh bukan koropsi lho ato kisah kasih
nyata, tapi “Kuliah Kerja Nyata”. Masyarakatnya sangat ramah-ramah dan hidup
sederhana. Tempat ini banyak sekali pohon-pohon besar yang dikeramatkan. Sering
diadakan upacara adat di pohon-pohon besar yang dianggap angker oleh masyarakat
sekitar sehingga tak ada satu orang pun yang berani menebang pohon tersebut.
Kearifan lokal tersebut sangat baik bagi keberadaan air, karena pohon dapat
menyerap, menyimpan dan mengeluarkan air tersebut sedikit demi sedikit, oleh
sebab itu pohon besar biasanya juga merupakan sendang yang mengeluarkan air dan
ramai dikunjungi masyarakat ketika musim kemarau. Tabungan air lainnya berupa
tadah hujan yang sering diisi saat musim hujan dan dikenal sebagai “panen air”. Saat musim hujan masyarakat menampung air
sebanyak-banyaknya. Batuan kapur
merupakan penyimpan air yang baik namun tidak mau mengeluarkannya kembali.
Pohon-pohon
besar yang dikeramatkan tersebut merupakan pundi-pundi tabungan air untuk masa
depan utamanya musim kemarau.
Sesuatu yang unik lainnya
adalah infus tanaman, dimana tanaman
yang memiliki nilai ekonomi tinggi akan diinfus agar tidak kekeringan dimusim
kemarau. Infus biasanya dilakukan untuk jenis duren, kakao dan cengkeh. Infus
dilakukan dengan menggunakan bambu atau botol aqua yang diletakan disamping
tanaman, diisi air kemudian di lubangi kecil sehingga air keluar sedikit demi
sedikit. Bambu maupun botol aqua ini akan diisi secara rutin kira-kira seminggu
dua kali. Penanaman ini merukapan kearifan lokal juga yang perlu dipertahankan
untuk menjadikan “bumi hijau lestari dan air terjaga”