Program Kreativitas Mahasiswa
Lakon
“Werkudara Nantang Segara”: Pendekatan Kultural sebagai
Langkah Preventif untuk Mengurangi Angka Kecelakaan Laut
Akibat Rip Current
Gambar. Pemain Lakon Werkudara
Nantang Segara
Banyaknya korban yang terseret arus
pantai selatan Jawa bukan merupakan hal baru lagi. Kejadian ini terus berulang
tiap tahunnya tanpa mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat.
Penanganan yang bersifat kuratif selama ini dilakukan oleh tim SAR yang
berposko di tepi pantai. Sebenarnya, saat terjebak dalam seretan arus ada
langkah-langkah yang dapat dilakukan korban untuk meminimalisir kecelakaan
laut.
Terdapat
tiga hal menarik dari kejadian berulang tersebut. Pertama, kurangnya pengetahuan dan kesadaran wisatawan akan bahaya arus
pantai. Kedua, pemangku kebijakan terkait cenderung menggunakan pendekatan
kuratif, yakni menyelamatkan dan mencari saat ada korban yang terseret arus
pantai, daripada melakukan upaya pencegahan. Ketiga, lebih kuatnya pandangan
kultural daripada pandangan ilmiah dalam upaya menjelaskan kejadian kecelakaan
laut, yakni mitos tentang Nyi Roro Kidul.
Hal ini lah yang mendasari adanya
program sosialisasi keselamatan pantai oleh sekelompok mahasiswa Universitas
Gadjah Mada (UGM) tergabung dalam Program
Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian pada Masyarakat (PKM-M). Program ini didanai oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) yang ditujukan semata untuk
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Adapun judul program yang dimaksud adalah “Lakon ‘Werkudara Nantang Segara’: Pendekatan
Kultural sebagai Langkah
Preventif untuk
Mengurangi Angka Kecelakaan Laut Akibat Rip Current di Pantai Parangtritis. Pantai Parangtritis merupakan salah satu daya tarik wisata yang sangat
populer di D.I.
Yogyakarta. Namun demikian, di balik ketenarannya, Pantai Parangtritis
menyimpan bahaya laten yang bisa mencelakakan wisatawan. Bahaya laten yang
dimaksud adalah arus pantai yang dapat menyeret wisatawan ke laut. Menurut
catatan SAR Daerah Bantul, dalam kurun 1991-2002 telah terjadi 230 kecelakaan
laut, dengan rincian 137 korban berhasil diselamatkan, 80 korban ditemukan
tewas, dan 13 korban hilang. Sampai sekarang kejadian tersebut masih sering
terjadi.
Dalam melakukan upaya
pencegahan, sosialisasi keselamatan pantai dilakukan melalui pertunjukan wayang
orang. Wayang orang dipilih sebagai sarana sosialisasi karena mempertimbangkan
preferensi kultural masyarakat sekitar pantai dan keunikan yang kami asumsikan
diharapkan oleh para wisatawan yang datang ke Parangtritis. Pertunjukan
tersebut telah dilaksanakan pada 7 April 2012 lalu yang bertempat di Joglo
Pantai Parangtritis. Pemain yang dilibatkan dalam acara tersebut diantaranya
adalah tiga mahasiswa asing yang sedang menempuh pendidikan di UGM. Mereka
berasal dari Australia dan Kanada. Diharapkan dengan adanaya wayang orang yang
diperankan oleh mahasiswa asing dapat menambah daya tarik pengunjung untuk
mengikuti acara sosialisasi. Cerita dan materi tentang keselamatan pantai pun
disampaikan secara jenaka sehingga membuat penonton, yang meliputi masyarakat
sekitar dan wisatawan tidak cepat bosan dan bisa memahami materi yang
disampaikan.
Arus yang selama ini menelan korban
terutama di sepanjang pantai selatan Jawa tersebut dinamakan rip current (arus sibak). Arus sibak merupakan aliran balik yang sangat kuat yang
melewati celah sempit dan berbentuk arus panjang menuju lepas pantai yang hanya
bisa diamati dari tempat berelevasi tinggi. Arah pergerakan arus ini berupa
sirkulasi memutar yang bergerak ke bibir pantai dan kembali lagi ke laut lepas.
Arus ini sangat kuat dengan kecepatan yang
mencapai dua meter per detik.
Selama ini korban yang panik terjebak dalam arus tersebut
berusaha berenang melawan arus. Hal inilah yang keliru. Semakin kuat korban
melawan maka akan semakin kuat pula arus membawanya ke dasar laut. Saat
terjebak rip current usahakan tidak
melawan arus tersebut, bila memungkinkan dalam keadaaan tenang dan mengikuti
perputaran arus. Saat dirasa arus semakain tenang maka korban dapat berenang ke
arah samping kanan atau kiri menjauh dari rip
current dan menuju pantai atau korban dapat menunggu pertolongan yang akan
datang.
Rip current dapat dikenali dengan arusnya yang nampak tenang dibanding
arus lain di sekitarnya. Sifat tenang ini yang sering ‘menipu’ korban untuk
bermain di dekatnya. Warna air laut lebih keruh. Selain itu, arus ini dapat
berpindah-pindah tempat di sepanjang tepi pantai sehingga keberadaanya tidak
dapat diprediksi.
Melalui program ini, diharapkan akan terjadi transfer pengetahuan
mengenai arus sibak, baik terhadap sesama masyarakat sekitar maupun ke
wisatawan sehingga kewaspadaan masyarakat meningkat dan angka korban kecelakaan
laut akibat arus sibak semakin menurun. Dengan demikian, akan terbentuk
masyarakat yang sadar dan peduli akan bahaya arus sibak.
Untuk mengupayakan keberlanjutan program, agar pengetahuan
dan kesadaran mengenai arus sibak di kawasan Pantai Parangtritis tetap lestari,
saat ini Tim PKM-M UGM tersebut tengah
berusaha bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul
untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan terhadap kelompok-kelompok seni di
kawasan Pantai Parangtritis. Diharapkan, setelah program selesai,
kelompok-kelompok seni yang sering tampil di Pantai Parangtritis bisa ikut
serta menjadi agen transfer pengetahuan mengenai bahaya arus sibak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar