ki

ki
hoya

Minggu, 06 Mei 2012

lakon werkudoro nantang segoro


Program Kreativitas Mahasiswa
Lakon “Werkudara Nantang Segara: Pendekatan Kultural sebagai Langkah Preventif untuk Mengurangi Angka Kecelakaan Laut Akibat Rip Current


Gambar. Pemain Lakon Werkudara Nantang Segara
Banyaknya korban yang terseret arus pantai selatan Jawa bukan merupakan hal baru lagi. Kejadian ini terus berulang tiap tahunnya tanpa mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat. Penanganan yang bersifat kuratif selama ini dilakukan oleh tim SAR yang berposko di tepi pantai. Sebenarnya, saat terjebak dalam seretan arus ada langkah-langkah yang dapat dilakukan korban untuk meminimalisir kecelakaan laut.  
            Terdapat tiga hal menarik dari kejadian berulang tersebut. Pertama, kurangnya pengetahuan dan kesadaran wisatawan akan bahaya arus pantai. Kedua, pemangku kebijakan terkait cenderung menggunakan pendekatan kuratif, yakni menyelamatkan dan mencari saat ada korban yang terseret arus pantai, daripada melakukan upaya pencegahan. Ketiga, lebih kuatnya pandangan kultural daripada pandangan ilmiah dalam upaya menjelaskan kejadian kecelakaan laut, yakni mitos tentang Nyi Roro Kidul.
Hal ini lah yang mendasari adanya program sosialisasi keselamatan pantai oleh sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian pada Masyarakat (PKM-M). Program ini didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang ditujukan semata untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Adapun judul program yang dimaksud adalah “Lakon Werkudara Nantang Segara’: Pendekatan Kultural sebagai Langkah Preventif untuk Mengurangi Angka Kecelakaan Laut Akibat Rip Current di Pantai Parangtritis. Pantai Parangtritis merupakan salah satu daya tarik wisata yang sangat populer di D.I. Yogyakarta. Namun demikian, di balik ketenarannya, Pantai Parangtritis menyimpan bahaya laten yang bisa mencelakakan wisatawan. Bahaya laten yang dimaksud adalah arus pantai yang dapat menyeret wisatawan ke laut. Menurut catatan SAR Daerah Bantul, dalam kurun 1991-2002 telah terjadi 230 kecelakaan laut, dengan rincian 137 korban berhasil diselamatkan, 80 korban ditemukan tewas, dan 13 korban hilang. Sampai sekarang kejadian tersebut masih sering terjadi.
 Dalam melakukan upaya pencegahan, sosialisasi keselamatan pantai dilakukan melalui pertunjukan wayang orang. Wayang orang dipilih sebagai sarana sosialisasi karena mempertimbangkan preferensi kultural masyarakat sekitar pantai dan keunikan yang kami asumsikan diharapkan oleh para wisatawan yang datang ke Parangtritis. Pertunjukan tersebut telah dilaksanakan pada 7 April 2012 lalu yang bertempat di Joglo Pantai Parangtritis. Pemain yang dilibatkan dalam acara tersebut diantaranya adalah tiga mahasiswa asing yang sedang menempuh pendidikan di UGM. Mereka berasal dari Australia dan Kanada. Diharapkan dengan adanaya wayang orang yang diperankan oleh mahasiswa asing dapat menambah daya tarik pengunjung untuk mengikuti acara sosialisasi. Cerita dan materi tentang keselamatan pantai pun disampaikan secara jenaka sehingga membuat penonton, yang meliputi masyarakat sekitar dan wisatawan tidak cepat bosan dan bisa memahami materi yang disampaikan.
Arus yang selama ini menelan korban terutama di sepanjang pantai selatan Jawa tersebut dinamakan rip current (arus sibak). Arus sibak merupakan aliran balik yang sangat kuat yang melewati celah sempit dan berbentuk arus panjang menuju lepas pantai yang hanya bisa diamati dari tempat berelevasi tinggi. Arah pergerakan arus ini berupa sirkulasi memutar yang bergerak ke bibir pantai dan kembali lagi ke laut lepas. Arus ini sangat  kuat dengan kecepatan yang mencapai dua meter per detik.
Selama ini korban yang panik terjebak dalam arus tersebut berusaha berenang melawan arus. Hal inilah yang keliru. Semakin kuat korban melawan maka akan semakin kuat pula arus membawanya ke dasar laut. Saat terjebak rip current usahakan tidak melawan arus tersebut, bila memungkinkan dalam keadaaan tenang dan mengikuti perputaran arus. Saat dirasa arus semakain tenang maka korban dapat berenang ke arah samping kanan atau kiri menjauh dari rip current dan menuju pantai atau korban dapat menunggu pertolongan yang akan datang.
Rip current dapat dikenali dengan arusnya yang nampak tenang dibanding arus lain di sekitarnya. Sifat tenang ini yang sering ‘menipu’ korban untuk bermain di dekatnya. Warna air laut lebih keruh. Selain itu, arus ini dapat berpindah-pindah tempat di sepanjang tepi pantai sehingga keberadaanya tidak dapat diprediksi.
Melalui program ini, diharapkan akan terjadi transfer pengetahuan mengenai arus sibak, baik terhadap sesama masyarakat sekitar maupun ke wisatawan sehingga kewaspadaan masyarakat meningkat dan angka korban kecelakaan laut akibat arus sibak semakin menurun. Dengan demikian, akan terbentuk masyarakat yang sadar dan peduli akan bahaya arus sibak.
Untuk mengupayakan keberlanjutan program, agar pengetahuan dan kesadaran mengenai arus sibak di kawasan Pantai Parangtritis tetap lestari, saat ini  Tim PKM-M UGM tersebut tengah berusaha bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan terhadap kelompok-kelompok seni di kawasan Pantai Parangtritis. Diharapkan, setelah program selesai, kelompok-kelompok seni yang sering tampil di Pantai Parangtritis bisa ikut serta menjadi agen transfer pengetahuan mengenai bahaya arus sibak.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar