ki

ki
hoya

Selasa, 28 Februari 2012

PUISI


Galauan di Pojok Kamar
Oleh telu gembul

Kalau diingat rasanya pahit
Tapi kalau tak lupa rasanya sakit
Dipecahkan tapi itu legit
Didiamkan meninggi bak peluit

                Inilah awal dari masalah
Anak kere tak sekolah
Petani menangisi sawah
Merah hati menjadi seresah
Terus berfikirpun lelah

Gunungku masam tua
Hutanku luluh merana
Pohonku tumbang lara
Tapi siapa peduli
Apa kau tangani
Apa kau pikiri



Tidak,,,
Keras sangat aku katakan
Eeehhhh TIDAK!!!
Kau hanya merebut bukan,,,
Kau diam tapi merenggut nyawa
Dan berakhirlah semua dengan sadis tanpa kita sadar

Senin, 27 Februari 2012

Cerita Malamku di Banaran




Hanya sendiri, dengan tawaku yang mulai ketakutan. Di rumah pak lurah Banaran malam itu, hanya aku sendiri yang perempuan dan hanya aku sendiri mahasiswa yang tengah menjalankan  maksud mulia ini. setelah sosialisasi “ayam BB+” ya tak jauh beda dengan daerahku, ketika pada kumpul pasti lama sekali dan membicarakan banyak hal, panen, hutan, harga-harga, banyak wes,,ngalor ngidul pokoke. Bagiku itu wajar dan inilah yang mempererat persaudaraan mereka, kapan lagi mereka kumpul bersama di tengah kesibukan mereka bandingkan dengan dengan yang tinggal dikota dengan ego yang amat tinggi, yang sibuk tu tak hanya orang kota bahkan orang desapun kadang jauh lebih sibuk namun ternyata mereka masih bisa komunikasi, keren pokoke, aku senang didesa, semua ramah hidup pun terasa damai hanya saja yang membuatku kesal adalah masalah cerita yang terakhir-terakhir, menceritakan hal-hal mistis,,memang gunung kidul masih sangat terkenal dengan hal-hal demikian.
“Menggko kowe bobo ngendi nduk??” tanya pak lurah yang amat semangat itu,
“Tempate pak Tukiyat pak..” jawabku dengan senyum
“Lah kok ra kene wae lah yoh wong okeh kamar kok nduk” pak Lurah menawariku untuk menginap dirumahnya
“ mboten pak, kan mriko wonten rencange putrine Pak Tukiyat” jawabku beralasan
“ ati-ati, malah Uka-uka ngko” kata Pak Lurah tertawa-tawa melihatku dan dimulailah cerita-cerita mistis
Beberapa diantaranya,,
Saat itu, sebut saja seorang anak itu P. Rumahnya memiliki kamar mandi diluar, kamar mandi yang ada sekitar 3-4, saat P melewati tangga dia melihat seseorang mandi didalam dengan mengenakan baju putih rok putih tanpa menutup pintu. Dikira ibunya, namun dipanggil diam saja, rupanya si P tidaklah terlalu takut, biasa baginya yang sendiri di tengah rimba sendirian bahkan sejak kecil. Saat masuk rumah ditemui bapaknya tengah duduk, ditanyakanya apakah ibu punya baju seperti yang dia liat, bapaknya tahu P baru saja melihat sesuatu, untuk tidak menakuti anaknya. Saat P menanyakan kok dipanggil tidak dijawab maka sang bapak pun bilang mungkin tidak dengar padahal ibunya tengah tidur.
Cerita pertama diatas, tak apalah bisa ku atasi dengan tidak ke kamar mandi dulu, hahahaha ku coba untuk tetap tenang. Ya meskipun aku pernah melihat yang begitu namun tak mau lagi sekarang meskipun setelah melihat yang demikian jadi tidak takut, tapi tidaklah aku tidak ingin mengganggu dan diganggu oleh mereka,, warga yang lainpun bercerita pula tentang pengalamannya yang beragam, namun aku lupa,,terlalu banyak cerita sih,,, Saat itu pula pak lurah bilang bahwa di gunung salak ada kuda emas, dengan gelang-gelang yang banyak dan berbunyi bila kuda itu berlarian. Warga lainnya juga mengiyakan, Pak Tukiyat awalnya dulu juga tidak tahu namun kakaknya bertanya apa kudanya masih ada, hingga pada suatu malam Pak Tukiyt mendengat suara keruncing gelang, dengan penasaran  membuka pintu dan megamati sekitar maka memang benar ada.
Nah ini cerita ketiga yang menurutku paling ngeh diantara yang lainnya,  saat itu Pak K tengah ada tugas di Palembang, tinggalan anak istrinya. Saat mandi anaknya merasa ada yang mengganggu maka di cipratkan air ke luar, dan terjadi berulang. Saat selesai  dan telah pakai baju rapi maka dibukanya pintu, dilihatnya makluk kecil warna merah, mata besar dengan lidah yang amat panjang hampir sampai tanah. Wah kalau aku bayanginnya kayak bajang yang di film tutur tinular, hahahha hanya saja lidahnya kurang panjang. Dengan takutnya anak itu berlari minta tolong hingga terjatuh dan tidak ingat apa yang terjadi untuk sesaat.  SKK UGM dan warga yang menolong, sejak saat itu anak dan istrinya tinggal di perkampungan yang cukup ramai. Saat Pak K tiba, dicarinya anak istrinya namun tak seorangpun ditemuinya. Melepas tas dan memutuskan mandi, saat dekat dekat kamar mandi dan hendak masuk pak K merasakat sesuatu yang beda,  jadi merinding namun tetap mandi setelah itu mencari anak istri di desa. Pak K menasehati anaknya bahwa ajal itu telah ditentukan yang Diatas, jadi tidak perlu takut dengan begitu orang sama-sama makhluk-Nya kok. Sejak saat itu selama waktu kurang lebih satu bulan anaknya minta ditugguin saat ke kamar mandi.
Masih banyak cerita lainnya yang pasti semua tak dapat ku ingat, disana aku ketawa-tawa,,
“hahahhahahhahaaaa njelehi kok ceritane ngoten, pas ajeng bali teng Wanagama maneh,,aduh curang” kataku dengan manyun,
Sementara warga yang ada tertawa-tawa, saat hendak pamitan selalu tertunda karena warga meminta nanti saja pulangnya dan malah dilanjutkan cerita lagi begitu seterusnya hingga jam 23.00 akhirnya kami memutuskan untuk pulang, salaman dengan semua warga yang ada, menunggu Pak Tukiyat mengambil motor aku memoto bunga putih yang tengah mekar dan amatlah cantik seperti Wiga meskipun sore ini tidak mandi (hahahhahahahahah PD buangettttt).
“hahahhahahahahaaa...” ketawaku lepas,
“kenapa mbak??” tanya pak tukiyat yang mungkin merasa aneh dengan tingkahku ini
“ serem Pak, sampun sepi banget,,,mengkih lewat hutan maneh,. Nembih niki kula Pak lewat hutan malem” kataku sambil mengamati sekitar,
“ lah pas Forest camp mbak kan dados Co.ass to??” kata Pak Tukiyat dan kitapun mulai melewati persawahan,
“ nggeh tapi benten Pak, wingi katah rencange, jalan malem paling namun teng Aula Pak lah sakniki,,,” kataku dengan mata mulai menciut mengamati sekitar takut kalau nenangkap pemandangan yang tak diinginkan,
“ lah kulo mpun biasa mbak, bojo kulo kadang malem jam 1, jam 2 kadang sampun teng Wisma masak yen ono tamu..” kata Pak Tukiyat dan kitpun benar-benar telah masuk jalan hutan.
Perbincangan itu masih berlanjut, yang kadang kala diiringi tawaku yang mencoba menjadikan suasana ramai, bila sedang takut biasanya memang aku bernyanyi atau bertingkah lainnya agar tak sepi,,hahahha maklum kalau di rumah aku termasuk anak yang paling penakut diantara saudaraku yang lainnya.
Perasaanku biasa saja sebenarnya, seperti tidak ada yang akan menemuiku malam ini kalaupun ada itu tak akan membuatku merasakan takut. Toh, aku datang sudah permisi dan akupun punya maksud yang baik.
Wajar saja jika Wanagama mistis memang Gunung Kidul masih terkenal agak mistis, Pak Lurah bilang bahwa disana memang banyak tapi baik, banyak yang islami lagi dan penunggunya penuh kasih sayang,,
Hahahahhaahhhaaha,,ketawaku gembira bercampur agak gimana gitu,,,

oleh wigaaaa

Kamis, 16 Februari 2012

janji kan...


Dalam diam jiwaku,,,telah terluka memilikimu..
Saya atas nama WiGA dengan ini menyatakan bahwa tidak akan menyebut dan mengingat radit alias kelinci lagi.
Kadang dalam diam menangis mengingatmu,
Kadang harus melukis untuk tak merindumu,
Kadang menyanyi untuk memanggilmu,
Namun itu dulu, mulai sekarang dan untuk selamanya tak akan pernah lagi,
 aku aku,,kamu ya kamu..!!!!!

Selasa, 14 Februari 2012

KUNJUNGAN ILMIAH FSC 2011



Hem,,ini acara yang amat butuh perjuangan. Perjalanan panjang menuju Bogor. Aku bangga bisa melaksanakan program ini, sebagai ketua panitia aku memiliki tanggungjawab untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan baik. rasa suka duka tersendiri bagiku, tak mudah untuk menjadi pemimpin, mengatur segalanya namun semua itu terbayar dan tak akan terlupakan. Hem KI,,ini cerita singkatnya yang dilukis indah oleh mas Angga mentri Jurnalistik FSC sekaligus Ketua FLP Jogja. Jam, ya yang kita berikan tiap lembaga sebagai kenangan, bukan berarti hanya sebuah kenangan tanpa makna namun ada maknanya, jam berdetik,,menjadikan menit melangkah dan jampun merayap menuju masa depan, ku ingin begitu pula dengan kita semua, dengan FSC, kedepannya semakin baik menujulah punjak kejayaan dan lihat dunia luar banyak jaringan diluar sana yang sangat membutuhkan kita, semoga hubungan lembaga yang kita kunjungi baik dan semakin baik, dan yang belum terkunjungi seoga dapat menjalin kerja sama. Ayo FSC, kita bisa menjadi FSC yang tingkat internasional..liat kembaran kalian yang bisa membumi dikacah internasional,,
Notulensi KI FSC 2011
Forestry Study Club. Nama kelompok studi di fakultas kehutanan UGM ini mempunyai sebuah acara Kunjungan Ilmiah yang diselenggarakan pada tanggal 11-15 September 2011. Kunjungan Ilmiah ini dilaksanakan di kawasan Bogor dan sekitarnya. Pada tanggal 11 September 2011 sekitar pukul 16.55 WIB, rombongan mahasiswa kehutanan ini berangkat menuju Bogor. Perjalanan yang cukup memakan waktu itu ditempuh sekitar 20 jam dengan menggunakan moda transportasi Bus Pariwisata untuk sekitar 30 orang. Kegejeanpun dimulai, nyanyi-nyanyi di bus dan lainnya, bukan hal yang biasa bagiku melihat anak-anak FSC nyanyi dangdut, udin, fauzi, m.angga, dan yang lainnya berlaga seperti banci,hhahaha seru wes. Sekitar pukul 10.40 WIB hari berikutnya, 12 September 2011, para mahasiswa tiba di Balai Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kehutanan. Di tempat inilah para mahasiswa beristirahat di hari pertamanya. 





















Setelah beristirahat sekitar 1,5 jam, rombongan peserta KI melakukan kunjungan pertamanya ke Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI). Jika sesuai jadwal, seharusnya LEI menjadi tempat kedua yang dikunjungi setelah Kebun Raya Bogor. Namun, dikarenakan waktu tempuh perjalanan yang di luar dugaan, maka kunjungan ke Kebun Raya Bogor harus diurungkan guna menyiasati alokasi waktu yang tersisa.
Akhirnya, rombongan pun menuju ke LEI dengan diantar 2 mahasiswa IPB, LEI tempatnya tidak begitu jauh dari Balai Pusdiklat Kehutanan. Sekitar 30 menit rombongan peserta KI telah tiba di sekretariat LEI. Peserta disambut hangat oleh pihak LEI. Kita dipersilakan untuk masuk ke dalam ruangan berukuran sekitar 5x5 meter. Dalam ruangan yang beralaskan karpet ini, kita disambut dengan hangat dan tak lupa sajian khas kota Bogor juga disiapkan, kue unyil.
Sekitar pukul 13.22 acara dibuka oleh seorang MC dari perwakilan FSC dan dilanjutkan dengan prakata dari Ketua FSC berikut sambutan dari pihak LEI, Hayu Wibawa. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemaparan mengenai LEI oleh Hayu Wibawa. Dalam pemaparannya itu, Hayu Wibawa menyampaikan mengenai sejarah singkat berdirinya LEI hingga masa kini. Selain itu, tak lupa Hayu Wibawa menjelaskan mengenai visi, misi, dan prinsip gerak dari LEI itu sendiri. Sebagai bahan tambahan yang juga tak kalah lengkap dari pemaparan Hayu Wibawa, LEI membagikan beberapa selebaran mulai dari profil lengkap LEI hingga isu-isu penting yang kini menjadi perhatian LEI.
Setelah pemaparan yang disampaikan oleh Hayu Wibawa, MC memandu acaranya dengan dilanjutkan tanya jawab dari peserta KI. Antusias peserta sangat tampak dalam diskusi dan tanya jawab ini. Hal ini terbukti dari banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan kepada pihak LEI. Karena dibatasi dengan waktu yang tidak panjang, akhirnya hanya sembilan peserta yang dapat mengajukan pertanyaan. Diantaranya pertanyaan yang diajukan oleh peserta adalah mengenai seluk beluk dan biaya dari proses sertifikasi. Hayu Wibawa pun menjawab dengan penuh semangat dan sesekali juga diselingi bercandaan yang meriuhkan suasana ruangan. Pria kelahiran Ponorogo ini menekankan bahwa LEI merupakan lembaga akreditasi atas lembaga-lembaga yang melaksanakan kegiatan sertifikasi kayu. Hal ini disampaikan juga untuk mengoreksi kesalahan persepsi peserta KI yang mengira bahwa LEI adalah lembaga yang melakukan proses seritifikasi kayu.
Akhirnya, diskusi yang berlangsung memang benar-benar harus diakhiri lantaran waktu yang terbatas. Acara pun dilanjutkan dengan penyerahan kenangan dari FSC ke pihak LEI oleh ketua panitia, Wigatiningsih. Tak lupa para peserta KI ikut berpose bersama di depan sekretariat LEI guna diambil gambarnya.
Sekitar pukul 15.45 para peserta kembali ke Balai Pusdiklat Kehutanan. Sesampainya di Balai Pusdiklat Kehutanan, para peserta disambut oleh ketua Balai Pusdiklat yang juga menyampaikan maafnya karena sebelumnya tidak bisa menyambut kehadiran para peserta KI dikarenakan ada agenda bersamaan di jam yang sama saat para peserta tiba. Setelah selesai dengan kata sambutan dari pihak Balai Pusdiklat Kehutanan, para peserta segera kembali ke kamarnya masing-masing untuk kembali menyegarkan diri karena mengingat agenda malam harinya adalah menuju fakultas kehutanan IPB.
Meski tampak wajah yang capek pada beberapa peserta, semangat dari peserta lainnya juga masih tertangkap. Hal ini terlihat saat seorang peserta memetik buah sawo hijau di kawasan Balai Pusdiklat yang memang kebetulan sudah siap untuk dipetik. Setelah meminta ijin dari petugas Balai Pusdiklat, terlihat seorang peserta memanjat pohon sawo hijau dan tak berselang lama peserta lainnya turut menyemangati dari bawah dan juga menikmati buah hasil petikannya. Sangking semangatnya sampai ada yang kena ranjau kucing, dengan teriakan dan canda tawa yang tiada henti menyelimuti Pusdiklat hari itu, petugaspun turun bersenda gurau.
Setelah bersih diri, sholat, dan makan malam, sekitar pukul 19.00 peserta bersiap-siap melanjutkan perjalanan ke fakultas kehutanan IPB. Sesampainya di fakultas kehutanan IPB pukul 19.30, peserta disambut di auditorium. Kampus kehutanan yang berada di tengah arboretum IPB ini memiliki iklim mikro yang sangat berbeda dengan lokasi luar IPB. Suasana yang terbangun ini melengkapi sejuknya suasana petang yang bercampur dengan kehangatan sambutan rekan-rekan mahasiswa dari IPB.
Acara sarasehan bersama mahasiswa kehutanan IPB pun berjalan dengan pembawa acara dari rekan mahasiswa UGM, Siti Hanifah M. Dimulai dengan proses perkenalan singkat, dari masing-masing peserta yang diwarnai dengan canda khas kota asalnya masing-masing. Meski acara sempat berjalan “membosankan”, beberapa orang langsung berinsiatif untuk mencairkan suasana. Salah satunya adalah Wigatiningsih, Pengurus Harian FSC bagian Riset, yang memilih untuk berdiri di tengah peserta saraseha. Selain itu, ada Jabal Akbar Noor yang mengajak para peserta menyanyikan mars rimbawan. Seketika itu pula, suasana ruangan berubah menjadi lebih ramai.
Di saat suasana sarasehan mulai terarah dengan pertanyaan pantikan dari salah seorang mahasiswa IPB, Ali, tampak beberapa mahasiswa mulai kelelahan. Sampai akhirnya acara sarasehan benar-benar harus diakhiri sekitar pukul 21.45 WIB.
Selasa, 13 September 2011
Sekitar pukul 08.30 peserta KI sudah bersiap-siap untuk menuju ke lokasi selanjutnya, CIFOR dan LATIN. Lokasi dua tempat ini tidak terlalu jauh dari Balai Pusdiklat Kehutanan. Sekitar pukul 09.00 peserta sudah tiba di komplek perkantoran CIFOR. Tingkat keamanan di daerah ini dijaga sangat ketat. Hal itu tampak dari beberapa petugas jaga yang menjaga di gerbang utama kantor CIFOR.  Memang tidak diragukan lagi bahwa kawasan ini merupakan kantor pusat dari lembaga CIFOR internasional. Jadi wajar bila pengamanannya sangat ketat seperti itu.
Setelah melewati pemeriksaan keamanan, peserta KI diantarkan oleh satpam menuju ruangan pertemuan, Amazon room. Sekitar pukul 09.23 WIB, para peserta telah menempati tempat duduknya di Amazon room. Ruangan berukuran cukup besar dengan jendela kaca transparan yang mengelilingi seluruh dinding menegaskan suasana pagi yang segar di kawasan CIFOR ini. Ibu Nia dan Bapak Agus Djoko Ismanto segera menyambut peserta. Secangkir teh dan kopi telah disiapkan untuk menghangatkan suasana pagi itu. Tak lupa roti isi yang menemani secangkir minumannya.
Bapak Agus Djoko Ismanto, Host Country Liaison Coordinator, memberikan penjelasan singkat mengenai kelembagaan CIFOR di Indonesia berikut sejarah singkat berdirinya CIFOR hingga terbentuknya kantor CIFOR yang berpusat di Bogor ini. Sembari menunggu hadirnya pembicara yang sudah dijadwalkan oleh CIFOR, Bapak Agus Djoko Ismanto melanjutkan penjelasannya dengan ditemani Ibu Ina.
Sekitar pukul 09.45 WIB, pembicara yang ditunggu telah tiba di ruangan. Bapak Herry Purnomo, scientist di CIFOR yang berasal dari Indonesia yang juga seorang dosen di fakultas kehutanan IPB. Bapak Herry Purnomo memberikan gambaran umum mengenai REDD+, Suistainable Forest Management juga beberapa hal yang berkaitan dengan sertifikasi kayu. Hal ini memang sudah direncanakan oleh panitia KI sebagaimana tema yang diangkat pada Kunjungan Ilmiah kali ini.
Dalam kaitannya antara REDD+ dan SFM salah satunya adalah pada proses dan keberlanjutan sertifikasi kayu. Bagaimana terbentuk kaitan antara REDD+ dan SFM ini? REDD+ dibuat salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi angka emisi karbon melalui deforestasi. Adapun proses sertifikasi kayu ini akan memberikan informasi lengkap mengenai identitas kayu atau meubel; apakah berasal dari hutan yang berprinsip kelestarian ataukah berasal dari kayu ilegal dan sejenisnya. Dengan demikian, bila masyarakat luas sudah mendukung proses sertifikasi ini, maka pengelolaan hutan secara lestari akan lebih diminati dan secara otomatis cita-cita mulia REDD+ akan terwujud.
Setelah itu, Bapak Herry Purnomo melanjutkan penjelasannya mengenai keterkaitan antara REDD+ dan carbon trade. Hal ini juga masih ada kaitannya dengan proses sertifikasi kayu.  Carbon trade lebih mengarah pada proses jual beli karbon. Perbedaan yang tegas tampak antara benda yang sudah tesertifikasi dengan benda yang belum tesertifikasi. Tentunya, benda yang tesertifikasi akan lebih mahal harganya bila dibandingkan dengan benda lain yang belum tesertifikasi. Menurut Java Furniture, konsumen di negara kita hanya mau membayar biaya sertifikasi itu antara 0-25 persen saja. Selebihnya dari itu, konsumen tidak mau membeli furniture tersebut.
Di akhir pemaparannya, Bapak Herry Purnomo menjelaskan bahwa masing-masing kita mempunyai dua peran dalam rangka menyukseskan REDD+ ini yakni sebagai buyer side dan supplier side. Sebagai pembeli, kita harusnya menghargai dan memilih benda atau barang yang telah disertifikasi bila dibandingkan dengan yang belum disertifikasi. Adapun sebagai suppliernya, kita bisa turut mencerdaskan dan membangun kesadaran di lingkungan masyarakat akan penting proses sertifikasi maupun mendukung keberhasilan REDD+ ini.
Setelah ditutup pemaparannya, sesi selanjutnya adalah sesi tanya jawab. Seperti pertemuan di lembaga sebelumnya, tampak antusias peserta dalam mengajukan poin-poin diskusi maupun pertanyaan. Akhirnya keterbatasan waktu pula lah yang menyudahi pertemuan di Amazon room itu.
Usai diskusi dan mendengarkan pemaparan dari CIFOR di Amazon room, para peserta KI diajak Ibu Ina untuk mengunjungi perpustakaan CIFOR. Dalam kunjungan ke perpustakaan ini, para peserta KI ditunjukkan beberapa akses yang bisa diperoleh mahasiswa maupun umum. Selain itu, akses jurnal juga diberi kemudahan di sini meski ada beberapa hal yang hanya bisa diakses di perpustakaan. Petugas perpustakaan pun menjelaskan mekanisme saat membutuhkan jurnal sedangkan jurnal tersebut tidak bisa diakses bila kita membuka websitenya.
Usai melihat keindahan perpustakaan di CIFOR, peserta KI diarahkan untuk jungle walk guna mengetahui koleksi pohon yang ada di kawasan CIFOR. Menurut Ibu Ina, tanaman pohon yang ada di kawasan CIFOR merupakan tanaman pohon tropis dari berbagai penjuru dunia. Namun, karena dirasa waktu yang tersedia untuk melakukan jungle walk terlalu mepet, akhirnya para peserta hanya berjalan mengelilingi perkantoran kawasan CIFOR.
Sekitar pukul 11.00 WIB, perjalanan peserta KI dilanjutkan menuju ke sekretariat LSM LATIN yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi CIFOR berada. Oleh karena itu, para peserta berjalan kaki melewati hutan di kawasan CIFOR menuju ke sekretariat LATIN. Waktu tempuh yang hanya 15 menit, tidak membuat peserta KI merasa kecapekan.
Sesampainya di sekretariat LATIN, para peserta disambut dengan hangat. Kebetulan saat itu pula LATIN kedatangan tamu dari Jepang, Prof Harada, yang sedang melakukan pengamatan di daerah Taman Nasional Meru Betiri.
Di LATIN ini, acara langsung dipandu oleh pihak LATIN. Pemaparan singkat mengenai sejarah beridirnya LATIN mengawali diskusi siang itu. Suasana sekretariat LATIN yang bernuansa jawa serta rumah yang terbuat dari kayu menyejukkan siang yang terik kala itu. Selepasnya pemaparan singkat sejarah LATIN dan segala kegiatannya, lalu dilanjutkan dengan proyek LATIN yang sudah dimulai sejak tahun 2009 di kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Di taman nasional ini, LATIN membuat plot demonstrasi yang bertujuan untuk mengetahui pola tanam yang ada di masyarakat sekitar taman nasional. Selain itu, digunakan pula untuk memberdayakan masyarakat sekitar hutan.
Dari percobaan itu, LATIN menyimpulkan ada enam tipe kategori konservasi dalam proses demonstrasi plot; no tree only crops, a few trees and crops, rather dense and crops, dense and crops, tree and empon-empon, tree no empon-empon. Dari enam kategori konservasi itu, pihak taman nasional akan lebih senang dengan jenis tree no empon-empon. Namun, kategori yang dirasa bisa menguntungkan kedua belah pihak adalah jenis tree and empon-empon karena bisa menguntungkan kedua belah pihak, masyarakat dan pihak taman nasional, yakni pohon tetap tumbuh asri dan masyarakat dapat mengambil keuntungan dari penjualan empon-empon.
Ya, waktu dan waktulah yang mengakhiri semua gali ilmu yang kita lakukan di Bogor saat itu, setelah foto bersama kami pun melanjutkan perjalanan menuju CIFOR untuk naik bus lalu ke penginapan yang berada di TNGP, langit begitu cerah siang itu suasana sekitar hutan menjadikan kami penuh senyuman.
Di penginapan semuanya bersatu, canda tawa tak henti membumi di puncak, canda yang langka ini menimbulkan selak. Malam hari kami mengadakan curhatan malam, hem sungguh sangat menarik,,semua isi hati terungkap, ada yang tertawa, kritik, menangis yang pasti malam itu malam yang sangat dinanti.. ya inilah FSC, thanks semua yang ada mewarnai duniaku,,perjuangan untuk dapat KI ku persembahkan untuk kalian.
Pagi hari yang amat cerah kita mendaki, sampai air terjun,,semua peserta naik ke atas tak ada satu makluk FSC pu yang tertinggal. 3 air terjun yang ada seakan menjadi milik kami, hanya saja 1 yang tidak terkunjungi. Hampir semua mentri basah kuyup, kegejean pun meluap disana, foto narsis dan vidio pun menjadi saksi perjalanan yang tak terlupakan. Mentri-mentripun foto bersama diakhir perjalanan turun, sayangnya 2 mentri tak ada andai saja ada pasti sempurna sudah kebahagiaan laskar FSC.
Perjalanan pulang dengan berbelanja oleh-oleh dan kitapu mampir ke salah satu rumah staff, Fauzi namanya rumahnya ada di Ciamis, saat kesana bus tak dapat masuk lalu aa’fauzi menjemput, bertemu keluarga yang amat ramah dan baik hati. Makan sepuasnya kita disana, fauzi yang dirumah sering di panggil markoji merupakan anak terakhir,, karena larut malam dan hendak melanjutkan perjalanan maka kami berpamitan, lalu menuu bus diantar dengan mobil polisi.